Dona Dona

Toshikazu Kawaguchi • Gramedia Pustaka Utama • Cetakan pertama, 2023 • 9786020671710 • 264 halaman

Aldila S. Putri
2 min readSep 12, 2023
Sampul depan

Keajaiban perjalanan melintasi waktu melalui secangkir kopi ternyata tidak hanya dilakukan di Tokyo saja. Pada lereng indah di Hokkaido di mana berdiri Kafe Dona Dona, selama ada perempuan dari keluarga Tokita yang mampu menuangkan secangkir kopi dengan berbagai peraturan yang merepotkan itu, tentu bisa dilakukan.

Yaitu Yukari Tokita si pemilik Kafe Dona Dona, sekaligus ibu dari Nagare Tokita, menitipkan kafe tersebut pada Nagare karena ia melakukan perjalanan ke luar negeri. Kazu yang telah melahirkan seorang putri kecil bernama Sachi, turut menemani perjalanan Nagare ke Hokkaido. Hal ini pun menjadi alasan mengapa saat itu Kei tidak bertemu dengan Nagare ketika melakukan perjalanan melintasi waktu pada cerita di buku pertama Funiculi Funicula.

Mereka yang ingin memutar waktu mempunyai alasan yang berbeda-beda. Persamaannya adalah mereka sama-sama ingin menemui seseorang yang tidak bisa mereka temui lagi. Yayoi, seorang wanita muda yang menyimpan dendam kepada orang tua yang menjadikannya yatim piatu kesepian, ingin mengatakan segala kebencian kepada orang tuanya di masa lalu. Todoroki, seorang komedian yang kehilangan tujuan hidup setelah berhasil mewujudkan impian mendiang istrinya, berniat tidak ingin kembali dan ingin menjadi hantu penunggu kursi. Yukika, seorang adik yang khawatir kakaknya takkan bisa tersenyum lagi setelah kepergiannya, datang dari masa lalu untuk memastikan Reiko baik-baik saja. Dan Reiji, seorang pemuda sekaligus pegawai paruh waktu Kafe Dona Dona yang tak mampu mengungkapkan cinta terpendam kepada sahabatnya, ternyata harus berbohong tentang kisah cinta mereka berdua di masa depan.

Keempat kisah saling berkaitan antar tokoh satu dengan lainnya, bahkan ada satu buku yang selalu menjadi bahan pembicaraan mereka yaitu "Seratus Pertanyaan: Bagaimana Jika Esok Kiamat?" yang menjadi buku kesukaan Sachi untuk dilontarkan kepada pengunjung Kafe Dona Dona.

Di buku ketiga ini dijelaskan bahwa hantu penunggu kursi merupakan kisah turun temurun yang memang tidak ada sejarahnya, sehingga aku tidak bisa lagi mempertanyakan siapakah hantu penunggu kursi tersebut. Namun, yang mengganjal dalam pikiranku adalah tentang Nagare yang ternyata belum pernah melakukan perjalanan melintasi waktu. Saat Reiji menanyakan mengapa Nagare tidak mau menemui Kei, jawaban menggantung Nagare seakan-akan merujuk pada kelanjutan kisahnya dalam buku keempat. Kita tunggu saja ya 😉

Dan juga sosok Yukari Tokita, belum dijelaskan secara gamblang karena ia hanya diceritakan lewat kenangan-kenangan beberapa tokoh. Ia belum hadir secara nyata, terlibat secara aktif, dan apakah benar bahwa Yukari "suka ikut campur dan tidak bertanggungjawab" seperti yang disimpulkan oleh Nagare?

Yang jelas, buku ini menjadi pelengkap kepingan-kepingan kisah Funiculi Funicula yang menghangatkan hati setiap pembaca. Bahwa kematian bukan jadi alasan untuk seseorang tidak bahagia.

--

--

Aldila S. Putri
Aldila S. Putri

Written by Aldila S. Putri

0 Followers

Wanita yang gemar menasihati diri sendiri dengan meramu kata-kata ketika melayap.

No responses yet