Tiga dalam Kayu
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie • Kepustakaan Populer Gramedia • Cetakan Keempat, Maret 2023 • vi+162 hlm • 978-602-481-781-7
Kisahnya berawal dari buku-buku (milik orang-orang yang sudah meninggal) yang berada di perpustakaan, buku pertama hingga buku kesebelas sama seperti judul yang tertera di halaman daftar isi. Setiap buku menceritakan kisahnya sendiri-sendiri, setiap tokoh utamanya berbeda-beda dan terasa begitu asing, tetapi sama-sama bercerita tentang kisah tragis. Pembunuhan, kematian, darah, dan perempuan.
- Myla
- Pid Oblachkom
- Knots By-S Ne Khtiv Ta Musysh
- Lyubyty
- Dyalom Pidsheptana
- LybovbYe Od Boha
- Shto To Bude Z Namy
- Ptashok Spivat
Di atas merupakan delapan bab terakhir dalam buku "Tiga dalam Kayu" menjadi kisah runut yang berhubungan erat dengan simbol di halaman sampulnya. Piano. Sepatu. Sushi. Dan Bunga Soka.
Tentang sepatu–yang tidak familier–yang mengantarkannya kepada perempuan–berusia lima belas tahun–yang tubuhnya tergencet piano. Tentang sushi yang menjadi makanannya sehari-hari selama puluhan tahun dikubur (dengan sengaja) di dalam rumahnya sendiri bersama tiga mayat–anak perempuannya, cucu perempuannya, dan perempuan itu–yang menyukai bunga soka berwarna merah darah.
Aku terkesan dengan gaya bercerita penulis yang begitu unik, dan tentu saja tidak familier dengan novel kebanyakan. Namun ada sesuatu yang menarik dari setiap kisah yang diangkat. Bagaimana tidak, aku yang merasa asing dengan cerita di buku pertama hingga kesebelas tiba-tiba dapat merasakan bahwa buku-buku tersebut sangat berkaitan dengan kisah setelahnya. Sehingga kita tidak bisa melompat menuju bab terakhir karena sensasinya pasti akan berbeda.
"Tiga dalam Kayu" sangat berbeda dari "Kapan Nanti" maupun "Kita Pergi Hari Ini", sebab ada benang merah yang harus dicari agar kisahnya menjadi lebih masuk akal. Dan sebaiknya kalian membacanya ketika siang, sebab malam bisa membuat ceritanya semakin mengerikan 😱